Rabu, 07 Juni 2017

Tugas Mandiri DasKomNet


Mengetahui Istilah Dunia Software
SOAL 1 :


Public Domain : Para produsen dan pembuat program Public Domain memberikan selain sebuah program dengan fungsi-fungsi yang penuh, juga sourcecode dari program tersebut.
Sumber : CHIP Komputer Media, Edisi 2 / 99. Hal. 23



DISTRIBUSI CHI-SQUARE (X)2
SOAL 2 :
 
 PENGANTAR
Distribusi X2 (baca : kai kudrat) digunakan antara lain untuk menguji :
1.      Apakah frekuensi observasi berbeda secara signifikasi terhadap frekuensi ekpetasi.
2.      Apakah dua variabel independent atau tidak.
3.      Apakah data sampel menyerupai distribusi hipotesis tertentu seperti distribusi normal, binomial, Poisson, atau yang lainnya.
DEFINISI
Jika X1,  X2, ….. , Xy adalah variable random Independen yang memiliki distribusi normal, sementara Z1, Z2, ….. , Zy  merupakan variabel random standarnya atau Z~N (0,1) maka ∑ Z2 akan memiliki distribusi X2 dengan derajat bebas v. Dst …
SOAL 3 :
MENGAPA KITA MEMPEROLEH SUSU DARI SAPI ?
Semua mamalia memerlukan susu sebagai sumber makanan selama tahap-tahap awal kehidupannya. Susu kaya akan protein, vitamin-vitamin dan lemak.
Kelenjar susu sapi sangat berkembang dan menghasilkan banyak sekali susu. Karena sapi adalah amhluk hidup yang jinak, manusia dapat minum susu mereka. Susu sapi adalah salah satu dari sumber makanan utama.
MENGAPA DIBUAT SUSU BUBUK ?
Pada dasarnya, susu bubuk adalah susu segar tanpa air, yang biasanya mengandung antara 86 s.d. 91% dari isi seluruhnya. Ketika susu dikeringkan, berbagai hal yang menarikpun terjadi :
*    Beratnya berkurang sebesar
*    Zat-zat gizinya tetap tidak berubah dan
*    Jika disimpan di dalam wadah yang kedap udara, susu itu dapat tahan selama beberapa bulan.

Soal 5 :
 MENGETAHUI ISTILAH DUNIA SOFTWARE2

Public Domain : Para produsen dan pembuat program Public Domain memberikan selain sebuah program dengan fungsi-fungsi yang penuh, juga sourcecode dari program tersebut.

Makalah Tasawuf dan Etos Kerja



 “ Tasawuf dan Etos Kerja ”

(MAKALAH)
 



Diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Ilmu Akhlak Tasawuf
oleh : Hasanudin, S.Ag., M.A.






Oleh :
Kelompok 6
Rima Amaliah
Wigarti Rahmini
Dewi Sulastri
Nurhayati
Ai Siti Nurhayati
NPM : 16230022
NPM : 16230033
NPM : 16230004
NPM : 16230017
NPM : 16230001



Program Studi
Pendidikan Guru Raudlatul Athfal (PGRA) /PI-AUD
STAI Al-Musaddadiyah
Garut
2017








KATA PENGANTAR

بسم الله الرحمن الرحيم
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Tasawuf dan Etos Kerja”. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada kekasih-Nya, Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Akhlak Tasawuf dan yang lebih pentingnya yakni untuk menambah ilmu pengetahuan kepada kita sebagai mahasiswa tentang ajaran dan kaidah hidup yang Islami.
Makalah ini tentunya tak luput dari kesalahan dan kekurangan, baik dari segi isinya, bahasa, analisis maupun yang lainnya. Maka dari itu, komentar maupun kritik dan saran sangat dibutuhkan oleh penulis untuk memperbaiki hasil karya kedepannya.
Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, terutama kepada Bapak Hasanudin, S.Ag., M.A.Sebagai Dosen mata kuliah Ilmu Akhlak Tasawuf.

Garut,   Mei 2017


Penyususn





DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................................. i
Daftar Isi ..................................................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
a. Latar Belakang........................................................................................................... 1
b. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
c. Tujuan........................................................................................................................ 1
BAB II : PEMBAHASAN .......................................................................................................... 2
a. Pengertian tasawuf ..................................................................................................... 2
b. Pengertian etos kerja.................................................................................................. 2
c. Islam dan pekerjaan.................................................................................................... 2
d. Tasawuf dan etos kerja............................................................................................... 4
BAB III : PENUTUP ................................................................................................................. 19
Kesimpulan  ................................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA

 







BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang
Hampir di setiap sudut kehidupan, kita akan menyaksikan begitu banyak orang yang bekerja. Apalagi bagi seorang muslim bekerja dimaknai sebagai suatu upaya yang sungguh-sungguh, dengan mengerahkan seluruh aset, pikir, dan dzikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya sebagai hamba Allah SWT yang harus menundukkan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik (khairu ummah) (Tasmara, 2002:25). Atau dengan kata lain dapat juga kita katakan bahwa dengan hanya bekerja manusia itu memanusiakan dirinya.
Keberhasilan kerja seseorang ditentukan oleh adanya etos kerja tinggi yang tertanam dalam dirinya. Dengan cara memahami dan meyakini ajaran-ajaran agama yang berhubungan dengan penilaian ajaran agama tersebut terhadap kerja, akan menumbuhkan suatu etos kerja pada diri seseorang. Pada perkembangan selanjutnya etos kerja ini akan menjadi pendorong keberhasilan kerjanya. Persoalannya bagaimana konsep etos kerja dalam Islam yang digali dari Al-Quran dan Hadits.

B.            Rumusan Masalah
1.        Apa pengertian tasawuf ?
2.        Apa pengertian etos kerja ?
3.        Bagaimana pembahasan tentang Islam dan pekerjaan ?
4.        Bagaimana penjelasan tentang tasawuf dan etos kerja ?

C.           Tujuan
1.        Untuk mengetahui pengertian tasawuf
2.        Untuk mengetahui pengertian etos kerja
3.        Untuk mengetahui pembahasan tentang Islam dan pekerjaan
4.        Untuk mengetahui penjelasan tentang tasawuf dan etos kerja
BAB II
PEMBAHASAN

a.        Pengertian Tasawuf
Terdapat beragam pendapat mengenai akar kata tasawuf  . Ada yang mengatakan bahwa kata tasawuf berasal dari kata shufah (kain dari bulu), karena kepasrahan seorang sufi kepada Allah ibarat kain wol yang dibentangkan. Ada yang berpendapat shifah (sifat) sebab, seorang sufi adalah orang yang menghiasi diri dengan segala sifat terpuji dan meninggalkan setiap sifat tercela.
Pendapat lain mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata shuffah (sufah) sebab, seorang sufi mengikuti ahli sufah dalam sifat yang telah ditetapkan Allah bagi mereka. Al-Qusyari berpendapat bahwa tasawuf berasal dari shafwah (orang pilihan atau suci). shaf (saf), seolah para sufi berada di saf pertama dalam menghadapkan diri kepada Allah dan berlomba-lomba untuk melakukan ketaatan.

b.        Pengertian etos kerja
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia etos adalah pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial. Sedang etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok.
Dengan demikian, etos menyangkut semangat hidup, termasuk semangat bekerja, pengetahuan dan keterampilan yang memadai tentang pekerjaan yang ditangani.

c.         Islam dan Pekerjaan
Menurut George A. Steiner dan John F. Steiner mendefinisikan pekerjaan sebagai usaha yang berkelanjutan yang  direncanakan untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai  atau bermanfaat bagi orang lain.
Dengan demikian, pekerjaan bertujuan untuk menghasilkan sesuatu guna memenuhi kebutuhan manusia. Tetapi dalam sejarah kemanusiaan pekerjaan pernah begitu lama tidak mendapat apresiasi yang memadai, seperti yang terjadi di luar Islam.
Perhatian filsafat terhadap pekerjaan baru timbul dan mulai berkembang setelah zaman industri. Penemuan ilmu-ilmu alam, kemajuan teknik dan penggunaannya secara komersial membuka suatu cakrawala tak terbatas bagi usaha manusia untuk menaklukkan alam. Penaklukkan alam dilakukan oleh manusia dalam pekerjaannya.
Apresiasi Islam terhadap pekerja dan pekerjaan tidak hanya terlihat dalam ajaran normatif agama ini. Tetapi juga dibuktikan dalam sejarah. Dalam sejarah Islam terhadap pekerja dan pekerjaan diawali dengan membebaskan mereka yang berstatus budak kemudian berstatus sebagai pekerja. Perjuangan Islam untuk membebaskan perbudakan sudah berhasil. Kini tidak ada lagi orang yang berstatus budak, karena dalam Islam semua orang memiliki derajat yang sama.
Dalil naqli yang memerintah untuk bekerja keras.
وَ اَنْ لَيْسَ لِلْاِنْسَانِ اِلّاَ مَاسَعَا
“Dan bahwasannya seaorang manusia tiada memperoleh selain apa yang diusahakannya” {QS. An-Najm: 39}
Ayat ini menjelaskan bahwa satu-satunya cara untuk mendapatkan sesuatu dalam hidup adalah kerja keras. Kemajuan hidup sangat tergantung pada usaha.
Apresiasi yang tinggi terhadap pekerjaan juga dibuktikan oleh kehidupan para nabi dan rosul sebelum Rosulullaah . Hampir semua nabi dan rosul bekerja untuk menghidupi diri mereka tak terkecuali Nabi Muhammad  . Beliau menggembala Kambing dan menasehati orang lain agar menghidupi diri mereka.
Rosulullaah bersabda:
مَا اَكَلَ اَحَدُكُمْ طَعَامَا خَيْرٌ لَهُ مِنْ اَنْ يَاْكُلَ مِنْ عَمًلٍ يَدِهِ اَنَّ نَبِيَّ اللهِ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ كَانَ يَاْكُلَ مِنْ عَمَلٍ يَدِهِ اللهِ
Tidak ada seorangpun yang dapat mencapai kehidupan yang lebih baik, kecuali orang itu berusaha dengan tangannya sendiri (bekerja) dan Nabi Daud AS, makan dari usahanya sendiri” HR. Bukhori﴿
Dalam pandangan Islam semua pekerjaan yang halal dianggap mulia. Yang penting pekerjaan itu tidak haram, seperti mencuri, korupsi dan merampok.

d.        Tasawuf dan Etos Kerja
Menurut ajaran Islam, bekerja itu wajib, setidaknya untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, keluarga dan umat. Tasawuf pun sejalan dengan ajaran dasar Islam, sehingga tasawuf tidak melemahkan etos kerja, tetapi malah dapat memperkuat etos kerja.
        i.            Konsep etos kerja dalam tasawuf
Untuk meningkatkan semangat atau etos kerja dalam diri kita, para ahli sufi telah mengajarkan kita melalui sikap yang mereka contohkan dalam kehidupan mereka sesuai dengan ajaran dan konsep tasawuf, diantaranya sebagai berikut :
1)  Optimisme
Optimisme atau harapan dalam tasawuf disebut raja’. Raja’ ialah mengharapkan rahmat Allah SWT yang sesungguhnya selalu mengelilingi kita, tetapi jarang diperhatikan.
Harapan untuk mendekat dengan Allah SWT didasarkan pada sebuah hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori.
اَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى بِى وَ اَنَا مَعَهُ اِذَا ذَكَرَنِي اِنْ ذَكَرَنِي فِى نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِى نَفْسِى وَ اِنْ ذَكَرَنِي فِى مَلَاٍ ذَكَرتُهُ فِى مَلَاٍ هُوَ خَيْرٌ مِنْهُمْ وَ اِنْ اقْتَرَبَ اِلَى شِبْرًا اقْتَرَبْتُ اِلَيْهِ ذِرَاعًا وَ اِنِ اقْرَبَ اِلَى ذِرَاعًا اقْتَرَبْتُ اِلَيْهِ بَاعًا وَ اِنْ اَتَانِى يَمْشِى اَتَيْتُهُ هَرْوَلَةَ
“Aku akan berada di samping sangkaan hamba-Ku. Jika dia ingat kepada-Ku dalam dirinya, maka Aku ingat kepadanya dalam diri-Ku. Jika dia ingat kepada-Ku dalam kerumunan yang ramai, maka Aku ingat kepadanya dalam kerumunan yang lebih baik daripada mereka. Jika dia mendekat kepada-Ku satu jengkal, maka Aku mendekat padanya satu lengan, maka Aku mendekat padanya satu depa. Jika dia mendekat kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendekat kepadanya dengan berlari.”  
Optimisme jelas mengandung etos kerja yang tinggi, karena untuk mewujudkan optimisme diperlukan ikhtiar. Hal itu berarti bahwa tasawuf sangat mendorong kita untuk bekerja keras sebagai perwujudan optimisme. Dan jika hasil kerja keras tersebut tidak sesuai yang diharapkan, maka kita tidak boleh putus asa.
2)  Istiqomah
Istiqomah berarti teguh atau konsisten, maksudnya konsisten pada jalan yang lurus dan benar dalam niat, perkataan dan perbuatan. Istiqomah merupakan salah satu cara mendekatkan diri pada Tuhan.
Dalil naqli yang menjelaskan perlunya istiqomah, yang artinya:
 Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: Tuhan kami ialah Allah SWT, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah denga surga yang dijanjikan kepadamu” {QS. Fushshilat: 30}
Sebagian ulama berpendapat bahwa istiqomah orang awam berbeda dengan istiqomah orang khawas, seperti sufi. Istiqomah orang awam ialah konsisten mengerjakan perintah dan menjauhi larangan Tuhan. Sedang istiqomah orang khawas ialah menjauhi hal-hal yang bersifat duniawi dan hal-hal yang mendorong kepada kepentingan duniawi.
Sikap konsisten merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam pekerjaan. Pekerjaan memerlukan konsistensi untuk mencapai tujuan. Konsistensi dalam pekerjaan adalah memenuhi/menepati waktu yang sudah ditentukan. Konsistensi diperlukan untuk mencapai target yang sudah ditentukn, baik kualitas maupun kuantitasnya. Namun, jika tidak ada konsistensi dalam bekerja, maka tidak mencapai target dan akan merugikan perusahaan serta diri sendiri.
Dengan demikian, istiqomah sangat relevan dengan pengembangan etos kerja. Meskipun awalnya istiqomah ini untuk menjalankan perintah Tuhan. Sikap istiqomah juga kemudian dapat diterapkan dalam pekerjaan, karena salah satu perintah Tuhan adalah mencari nafkah dengan cara yang halal untuk memenuhi kebutuhan hidup.
3)  Sabar
Sabar berarti menahan, maksudnya menahan diri dari keluh kesah ketika menjalankan perintah Tuhan dan sewaktu menghadapi musibah. Jadi, sabar meliputi urusan duniawi dan ukhrowi. Sabar merupakan salah satu cara mendekatkan diri kepada Tuhan.[1][18]
Dalil-dalil yang menjelaskan perintah Tuhan untuk bersabar:
 “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah SWT beserta orang-orang yang sabar” {QS. Al-Baqoroh: 153}
Kesabaran merupakan salah satu sikap yang sangat penting dalam pengembangan etos kerja. Kita tidak mampu bekerja disiplin, jika tidak memiliki kesabaran. Dalam pekerjaan biasanya ada tantangan, seperti lelah, mengurus tenaga dan pikiran dan sebagainya. Semua ini tidak dapat dilakukan tanpa kesabaran.
4) Ikhlas
Ikhlas berati murni atau bersih, maksudnya suatu amal perbuatan dilakukan bersih dari pamrih. Amal itu dilaksanakan semata-mata karena Allah SWT atau menegakkan kebenaran, keadilan dana kejujuran. Dalam tasawuf ikhlas merupakan salah satu cara mendekatkan diri pada Tuhan.[2][21]
Dalil-dalil Al-Qur’an yang memerintahkan untuk bersikap ikhlas, yang artinya:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali menyembah kepada Allah SWT dengan memurnikan keta’atannya kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus” {QS. Al-Bayyinah: 5}

Sikap ikhlas dapat menjadi dasar etos kerja yang paling ideal. Karena dengan ikhlas, seberat apapun pekerjaan itu akan terasa ringan dan tak kenal lelah. Sikap ikhlas juga membuat orang jujur dalam bekerja. Artinya, orang yang bekerja akan menjaga aset-aset yang dimiliki oleh perusahaannya dan tidak akan merusak atau mencuri. Sikap ikhlas membuat orang bertanggung jawab terhadap pekerjaannnya, karena orang tersebut menyadari bahwa pekerjaannya akan berdampak pada konsumen dan diri sendiri.
5)  Ridlo
Ridlo berarti senang, maksudnya senang menjadikan Allah SWT sebagai Tuhan, senang kepada ajaran dan takdirnya. Orang yang telah mencintai Allah SWT biasanya senang dengan segala hal yang datang dari Allah SWT.[3][24]
Dalil-dalil tentang keutamaan sikap ridlo, yang artinya:
“Allah SWT berfirman: Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, Allah ridlo terhadap mereka dan merekapun ridlo terhadap-Nya. Itulah keberuntungan yang sangat besar” {QS. Al-Maidah: 119}
Bekerja merupakan salah satu wujud ridlo kepada Allah SWT, dan orang yang ridlo akan menganggap bahwa pekerjaan itu suatu hal yang menyenangkan. Sebab ridlo kepada Allah SWT berarti senang bekerja dalam upaya memenuhi kebutuhan kewajibannya mencari nafkah.[4][25]
Dengan demikian, ridlo kepada Allah SWT mengandung etos kerja yang kuat. Karena ridlo, maka orang bekerja keras untuk membuktikan takdir.


6) Qona’ah
Qona’ah berarti merasa cukup, maksudnya rizqi yang diperoleh dari Allah SWT dirasa cukup untuk disyukuri.[5][26] Meskipun penghasilannya kecil, namun diterima dengan ikhlas dan sabar, sehingga tidak terdorong mencari tambahan pendapatan dengan cara yang haram dan percaya bahwa setiap orang telah ditentukan rizqinya.
Mengenai hal ini Allah SWT berfirman:
وَ مَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْاَرْضِ اِلَّاَ عَلَي اللهِ رِزْقُهَا 
“Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rizqinya” {QS. Hud: 6}
Yang dimaksud binatang melata adalah makhluk yang bernyawa.
Qona’ah adalah merasa cukup setelah berikhtiar. Sebaliknya merasa cukup tanpa ikhtiar itu bukan qona’ah, tetapi disebut malas, dan sikap malas dilarang oleh Allah SWT.[6][27] Firman-Nya, yang artinya:
Maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah” {QS. Al-Jumu’ah: 10}
Dengan demikian,  orang harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup, baik itu hasilnya mencukupi atau kurang mencukupi. Ini berarti qona’ah mengandung etos kerja yang kuat. 
7)   Takwa
Menurut sebagian sufi, takwa adalah membentengi diri dari siksa Tuhan dengan jalan taat kepadanya. Sedang ahli fiqih berpendapat bahwa takwa adalah menjaga diri dari segala sesuatu yang melibatkan diri ke dalam perbuatan dosa.
Dalil-dalil yang menerangkan tentang takwa, yg artinya”
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu” {QS. Al-Hujurot: 13}

Takwa dapat mengembangkan etos kerja yang kuat dan sehat. Artinya tidak hanya mendorong untuk bekerja keras dalam membangun kehidupan. Tetapi pembangunan itu didasarkan pada landasan yang kuat, yakni tidak melakukan hal-hal yang menggerogoti peradaban dan kemudian menghancurkannya setelah sekian lama dibangun.
8)  Takut
Takut dalam tasawuf berarti takut kepada siksaan Allah SWT dan takut amalnya ditolak. Untuk menyebut kata “takut” ada empat istilah dalam Al-Qur’an dan hadits, yaitu Khauf, Khasyyah, Rahbah dan Wajal. Tetapi istilah yang sering digunakan dalam tasawuf ialah Khauf sesuai dengan firman-Nya:
 Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdo’a kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap” {QS. As-Sajdah: 16}
Implikasi rasa takut kepada Allah SWT adalah taat kepada-Nya. Rasa takut mendorong orang untuk berbuat sesuatu, seperti bekerja, dengan niat dalam rangka taat kepada Allah SWT. Karena itu, rasa takut mengandung etos kerja yang kuat. Rasa takut mendorong untuk bekerja keras secara terus menerus dan tidak putus asa. Rasa takut juga mendorong untuk menghindari perbuatan curang dalam bekerja, seperti menipu dan korupsi. Ini berarti rasa takut mendorong etos kerja yang benar. Namun etos kerja tidak selalu benar, seperti etos kerja penjahat atau orang yang jahat. Orang yang curang pun mempunyai etos kerja, yaitu etos kerja dalam berbuat curang dan kejahatan.
9)  Tawakal
Tawakal berarti berserah diri, maksudnya berserah diri kepada keputusan Allah SWT, terutama ketika melakukan suatu upaya atau perbuatan. Misalnya untuk hidup layak orang harus bekerja keras melakukan pekerjaan yang halal. Bagaimana hasilnya itu diserahkan kepada Allah SWT.
Dalil-dalil yang memerintahkan kita untuk bersikap tawakal, di antaranya:
“dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mu’min itu harus bertawakal” {QS. Ali-Imron: 122 dan 160 }
Dengan demikian orang tidak boleh berhenti berikhtiar untuk meraih kesuksesan dalam hidupnya dan terus bertawakal. Ikhtiar yang terus menerus merupakan etos kerja yang ditanamkan oleh sikap  tawakal.
10)  Taubat
Dalam tasawuf taubat berarti kembali, yakni kembali dari perbuatan tercela menuju perbuatan terpuji, sebagimana yang diajarkan dalam Islam. Taubat tidak cukup hanya dengan ucapan, tetapi harus disertai dengan tindakan.
Dalil Al-Qur’an mengenai taubat, di antaranya: 
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya” {QS. At-Tahrim: 8}
Taubat adalah memperbaiki diri dengan menjalankan kewajiban agama dan menjauhi larangannya. Di antara kewajiban itu adalah mencari nafkah untuk diri sendiri dan keluarga. Orang yang bertaubat seharusnya bekerja keras untuk memperoleh pendapatan yang dapat menenuhi kebutuhan hidupnya. Ini berati orang yang bertaubat harus bekerja agar mendapatkan rizqi untuk dishodaqohkan.
11)  Zuhud 
Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa zuhud adalah meninggalkan segala hal yang tidak bermanfaat bagi kehidupan akhirat kelak. Ada juga yang berkata bahwa zuhud adalah menghilangkan rasa cinta selain kepada Allah SWT.
Dalil-dalil tentang zuhud, di antarnya:
“Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang di sisi Allah adalah kekal” {QS. An-Nahl: 96}
Dalam konteks perkerjaan zuhud berarti mengerjakan pekerjaan halal dan hasilnya tidak dihambur-hamburkan atau digunakan dalam perbuatan maksiat. Selain menjauhi pekerjaan syubhat dan haram, zuhud juga menghendaki kita melakukan kewajiban, termasuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dilihat dari ini, zuhud mengandung etos kerja yang tinggi.
12) Wara’
Wara’ berarti berpantang, maksudnya berpantang atau meninggalkan hal-hal yang syubhat dan yang tidak bermanfaat. Hal ini didasarkan pada sebuah hadits, yaitu “sebagian dari kesempurnaan Islam seseorang ialah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat” HR. Malik, Tirmidzi dan Ibnu Majah﴿
wara’ masih mengandung etos kerja yang kuat. Karena pekerjaan yang halal terbuka luas, sehingga untuk hidup makmur tidak harus melakukan perbuatan haram. Dengan demikian orang yang wara’ seharusnya bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup dan memberi kontribusi yang jelas kepada pengembangan Islam dan kaum muslimin. Usaha seperti ini juga merupakan bukti etos kerja yang kuat dalam sikap wara’.
13)   Syukur
Syukur berarti terima kasih, maksudnya berterima kasih kepada Allah SWT atas nikmat yang telah dilimpahkan kepada manusia. Syukur dapat dilakukan dengan hati, lisan dan badan. Syukur dengan hati ialah selalu ingat kepada Allah SWT (dzikir), syukur dengan lisan ialah mengucapkan tahmid (pujian) kepada-Nya, dan syukur dengan badan ialah menaati ajaran Allah SWT.
Dalil-dalil Al-Qur’an tentang syukur, di antaranya:     
“Dan bersyukurlah kepada Allah jika benar-benar kepada-Nya saja kamu menyembah” {QS. Al-Baqoroh: 172}
Hakikat syukur adalah pengakuan terhadap nikmat Allah SWT  dengan hati dan tindakan. Pengakuan dengan hati ialah beriman kepadanya, dan pengakuan dengan tindakan ialah taat kepadanya.
Dengan demikian, etos kerja yang diharapkan tumbuh dari rasa syukur ialah etos kerja yang sehat, yang memajukan kepentingan bersama dan kebersamaan itu tidak boleh dinodai dengan hal-hal yang destruktif, seperti menipu dan korupsi.
14)   Cinta
Cinta dalam tasawuf disebut mahabbah, maksudnya mahabbah kepada Allah SWT untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Selain cinta kepada Allah SWT ada pula cinta kepada diri sendiri yang diketahui melalui ma’rifat yang selanjutnya ma’rifat kepada Allah SWT.
Keutamaan cinta kepada Allah SWT dijelaskan dalam Al-Qur’an:
“Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya,maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya”{ Al-Maidah: 54}
Dengan demikian, maka bekerja itu wajib dan cinta mengandung etos kerja yang kuat. Sebenarnya tidak diwajibkanpun umumnya orang bekerja keras mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya karena dorongan cinta kepada merka. Tetapi jika dia muslim, maka dorongan itu datang dari dua arah, yaitu cinta Allah SWT dan cinta keluarga, begitupun cinta yang lain.
15)   Rindu
Rindu dalam tasawuf disebut syauq, maksudnya rindu kepada Allah SWT. Syauq adalah kerinduan untuk melihat sang kekasih dan kerinduan untuk dekat dengan kekasih, kerinduan untuk bersatu dengan kekasih, kerinduan yang intens untuk meningkatkan kerinduan.
Sebagian ulama berpendapat bahwa rindu adalah damainya hati, senang bertemu dan berada didekatnya. Mengenai hal ini Allah SWT berfirman:
مَنْ كَانَ يَرْجُوْ لِقَاءَ اللهِ فَاِنَّ اَجَلَ اللهِ لَاتٍ
“Barang siapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah pasti datang” {QS. Al-Ankabut: 5}
Dengan demikian, rindu mengandung etos kerja yang kuat. Karena keluarga, orang mau bekerja tanpa lelah dan terus mencari nafkah, meski harus meninggalkan kampung halaman. Kesungguhan  bekerja tidak dapat dilepaskan dari rasa rindu kepada keluarga. Tetapi rasa rindu kepada keluarga tidak boleh melebihi rindu kepada Allah SWT.  
16) Shiddiq
Shiddiq berarti benar atau jujur, maksudnya benar atau jujur dalam perkataan dan perbuatan. Membiasakan sikap shiddiq merupakan salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah SWT dan bersikap shiddiq merupakan nilai hidup yang sangat penting dalam hubungan sesama manusia, sekaligus menjadi sendi kemajuan manusia sebagai pribadi dan kelompok.
Dalil-dalil Al-Qur’an yang memerintahkan manusia bersikap jujur, di antaranya:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar” {QS. At-Taubah: 119}
Sikap shiddiq menghendaki orang bekerja dengan jujur.[7][48] Jadi shiddiq mengandung etos kerja yang kuat. Karena jujur tidaknya seseorang dapat dilihat pada pekerjaannya, yaitu apakah dia melakukan pekerjaannya secara jujur atau tidak. Cara lain melihat kejujuran orang adalah memperhatikan ucapannya.
17)  Syaja’ah
Syaja’ah berarti berani, maksudnya berani melakukan tindakan yang benar walaupun harus menanggung resiko yang berat. Sikap berani harus ditunjang oleh sikap mental di mana seseorang dapat menguasai dirinya dan berbuat sebagaimana mestinya. Rosulullaah bersabda:
“Bukanlah yang disebut pemberani adalah orang yang kuat bergulat. Sesungguhnya pemberani adalah orang dapat menguasai hawa nafsunya di kala marah” HR. Bukhori dan Muslim﴿
Telah terbukti dalam sejarah Islam bahwa keberanian yang dimiliki oleh para pejuang Islam sangat menentukan pengembangan agama Islam di masa lalu. Ini berarti bahwa keberanian dapat membawa kemajuan Islam, berbagai kehidupan masyarakat dan dalam dunia kerja. Hal ini terlihat misalnya munculnya kreasi-kreasi baru yang berguna bagi kehidupan manusia. Munculnya temuan-temuan baru di bidang IPTEK didorong oleh keberanian untuk melakukan eksperimen. Ini berarti bahwa syaja’ah mengandung etos kerja yang kuat.
18)   Takdir
Takdir adalah ketetapan dan ketentuan Allah SWT tentang keadaan segala sesuatu sebelum terwujud di dunia ini. Takdir disebut juga qadha dan qadar. Takdir merupakan salah satu rukun iman, berdasarkan sabda Rosulullah:
“Hendaklah engkau beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rosul-Nya dan hari akhir, dan hendaklah engkau beriman kepada takdir, baik dan buruknya” HR. Muslim﴿
Manusia ditakdirkan memiliki akal pikiran, kemampuan, kemauan dan kebebasan dimaksudkan untuk bekerja guna memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya serta memajukan kehidupan umat dan bangsanya. Ini berarti konsep takdir mengandung etos kerja yang kuat.
19)  Malu
Rasa malu dalam tasawuf disebut haya’, maksudnya malu kepada Allah dan diri sendiri ketika akan melanggar ajaran Islam, yaitu meninggalkan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Rasa malu dapat menjadi pembimbing kepada jalan keselamatan dan mencegah perbuatan buruk.
Malu berbuat jahat mendorong orang untuk selau berbuat baik. Begitu pula malu berpresprestasi rendah dalam pekerjaan, mendorong pekerja berusaha untuk mencapai prestasi yang tinggi. Untuk meraih prestasi yang tinggi dalam pekerjaan diperlukan kerja keras. Ini berarti bahwa rasa malu mengandung etos kerja yang kuat.



20) Wirid
Wirid merupakan latihan spiritual dengan menyebut nama-nama Tuhan, mengerjakan sholat sunnah, membaca Al-Qur’an, dzikir, do’a dan tafakkur.
Perlunya wirid dengan menyebut nama-nama Tuhan ditegaskan Al-Qur’an:       وَ اذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ وَ تَبَتَّلْ اِلَيْهِ تَبْتِيْلاً
“Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan” {QS. Al-Muzzammil: 8}
Ketenangan hati dan pikiran sangat penting dalam bekerja. Orang yang hati dan pikirannya dapat bekerja dengan baik dan bisa menyusun strategi kerja yang tepat untuk mencapai hasil yang maksimal. Ini berarti bahwa ketenangan hati, pikiran, wirid, dzikir, do’a, membaca Al-Qur’an, dan sholat sangat penting dalam mengembangkan etos kerja.
21)  Dzikir
Dzikir berarti mengingat, menyebut atau mengagungkan Allah dengan mengulang-ulang salah satu namanya. Dzikir yang hakiki ialah sebuah keadaan spiritual di mana seseorang yang mengingat Allah (dzakir) memusatkan segenap fisik dan spiritualnya kepada Allah, sehingga seluruh wujudnya bisa bersatu dengan Yang Maha Mutlak.
Dengan dzikir orang akan selalu ingat perintah Allah SWT, ini berarti dzikir mengandung etos kerja yang kuat. Kemudian dzikir juga dapat menimbulkan ketenangan jiwa dan pikiran. Dalam masyarakat modern, persaingan dalam pekerjaan berlangsung sangat ketat, orang mudah mengalami stress yang selanjutnya mengganggu jiwa dan pikiran.
22) Do’a
Do’a berarti permintaan atau permohonan, yaitu permohonan manusia kepada Allah untuk mendapatkan kebaikan di dunia  dan keselamatan di akhirat. Kebaikan di dunia adalah kesehatan, kemakmuran, memiliki pengetahuan dan terhindar dari musibah. Sedang keselamatan di akhirat adalah masuk surga.
Allah SWT berfirman:
“Katakanlah: Berdo’alah kepada mereka yang kamu anggap Tuhan selain Allah, maka mereka tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya dari kalian, dan tidak pula memindahkannya” {QS. Al-Isro’: 56}
Jelaslah bahwa do’a tidak dapat berdiri sendiri, tetapi  harus disertai dengan ikhtiar. Artinya orang tidak boleh hanya berdo’a, tetapi juga harus berikhtiar untuk mencapai hal-hal yang diminta dalam do’a. Ha lini berarti bahwa do’a mengandung etos kerja yang kuat.
23) Tafakkur
Tafakkur berarti renungan, yakni merenungkan ciptaan Allah, kekuasaan-Nya yang nyata dan tersembunyi serta kebesarannya di seluruh langit dan bumi. Tafakkur termasuk wirid yang dilakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan.
Perlunya tafakkur tentang ciptaan Allah dalam Al-Qur’an dijelaskan:
“Dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia” {QS. Ali-Imron: 191}
Tafakkur menghasilkan kerinduan untuk selalu dekat dengan Allah SWT, mendorong untuk beribadah, beramal sholih, berbuat baik, dan menghindari perbuatan salah dan dosa. Salah satu perbuatan baik adalah bekerja mencari rizqi untuk diri memenuhi kebutuhan hidup. Hal ini berarti, tafakkur mengandung etos kerja yang kuat.
24)  Uzlah
Uzlah berarti mengasingkan diri, yaitu mengasingkan diri dari pergaulan dengan masyarakat untuk menghindari maksiat dan kejahatan serta melatih jiwa  dengan melakukan ibadah, dzikir, do’a dan tafakkur tentang kebesaran Allah SWT dalam mendekatkan diri kepada-Nya.
Dalil Al-Qur’an yang menceritakan uzlah yang pernah dilakukan oleh Nabi Musa, firman Allah SWT:
“Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan berkata Musa kepada saudaranya yaitu Harun: Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan” {QS. Al-A’rof: 142}
Uzlah adalah melepaskan diri dari pekerjaan sehari-hari tetapi untuk beribadah dan bertafakkur tentang kebesaran Allah SWT yang tentunya akan mendatangkan ketenangan hidup. Ketenangan hidup akan menimbulkan sikap mental dan semangat hidup yang kuat dalam menghadapi kehidupan pada umumnya dan pekerjaan khususnya. Ini berarti uzlah mengandung etos kerja yang tinggi. 
25)  Kemiskinan
Dalam tasawuf kemiskinan disebut faqr.[8][65] Maksudnya, pada dasarnya manusia itu miskin, baik secara spiritual maupun material. Miskin spiritual berarti manusia tidak dekat dengan Tuhan dan berusaha mendekatkan diri kepada Tuhan dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Sedang miskin secara material adalah pada dasarnya manusia itu miskin, tidak memiliki apa-apa. Semua harta/barang berharga adalah titipan Allah SWT yang harus dipergunakan sebaik-baiknya
Untuk menjadi orang kaya agar dapat mengasihi orang miskin tentu saja harus bekerja untuk mendapatkan rizqi yang halal dan banyak. Keharusan bekerja keras untuk mencari rizqi menunjukkan bahwa konsep faqr dalam tasawuf mengandung etos kerja yang kuat. Sebab biasanya untuk menjadi orang kaya harus bekerja keras.
Orang miskin sebaiknya tidak meminta-minta untuk memenuhi keperluan, tetapi harus bekerja untuk mendapat rizqi yang memadai. Ini juga menunjukkan adanya etos kerja dalam konsep faqr.



26)  Kematian
Dalam tasawuf kematian ada dua macam, yaitu mati secara fisik dan spiritual. Namun yang dimaksud kematian di sini adalah kematian secara fisik. Allah SWT berfirman:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan” {QS. Al-Ankabut: 57}
Jelaslah bahwa ingat akan kematian tidak harus diwujudkan dengan menjauhi urusan dunia,  tetapi melakukan tindakan nyata dalam kehidupan dunia. Dalam melakukan tindakan nyata yang didorong oleh ingat akan kematian dapat menimbulkan sikap berani mati.
Sikap berani mati dalam berbuat menumbuhkan etos kerja yang kuat. Karena sikap seperti ini menimbulkan semangat kerja yang tak pernah kendur sampai akhir hayat orang yang memiliki sikap tadi. Semangat kerja yang terus menyala bukan untuk memperkaya diri sendiri, tetapi untuk menegakkan keadilan, kebenaran, kejujuran dan kemakmuran bagi kesejahteraan bersama. 











BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Menurut Abu Qasim al-Qusyaeri  (376-466), tasawuf ialah penjabaran ajaran Al-Quran, sunnah, berjuang mengendalikan hawa nafsu, menjauhi perbuatan bid’ah, mengendalikan syahwat, dan menghindari sikap meringankan ibadah. Dan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok.
Menurut ajaran Islam, bekerja itu wajib, setidaknya untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, keluarga dan umat. Tasawuf pun sejalan dengan ajaran dasar Islam, sehingga tasawuf tidak melemahkan etos kerja, tetapi malah dapat memperkuat etos kerja.
Untuk meningkatkan semangat atau etos kerja dalam diri kita, para ahli sufi telah mengajarkan kita melalui sikap yang mereka contohkan dalam kehidupan mereka sesuai dengan ajaran dan konsep tasawuf. Di antaranya, sikap optimisme, istiqamah, sabar, ikhlas, ridha, qana’ah, takwa, takut, tawakal, tobat, zuhud, wara’, syukur, cinta, rindu, hidiq, syaja’ah, takdir, malu, zikir, doa, tafakkur, uzlah, kemiskinan, dan kematian.







DAFTAR PUSTAKA

Sabar, rahmatia. Makalah. 2017. Makalah tasawuf dan etos kerja.

Tersedia (online). Diunduh http://tulisanalonelygirl.blogspot.co.id/2017/04/
makalah-tasawuf-dan-etos-kerja.html